Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
"Kalau orang asing sangat tertarik mengelola pulau kita, mengapa warga Indonesia tak diajak supaya punya minat yang sama?"
Ada berita yang sedang hangat: tiga pulau kecil di Kepulauan Mentawai ditawarkan untuk dijual melalui internet di situs bernama privateislandsonline.com. Situs ini memang usahanya memang jualan pulau pribadi.
Aku pernah, loh, berkhayal punya pulau pribadi. Pulau kecil di mana aku akan membangun sebuah sekolah berasrama dengan fasilitas super sehingga orang tua juga confidence dan gak ragu ninggalin anaknya di asrama sekolahku. Keren, 'kali, ya? Ada gymn, kolam renang, teman belajar piano, tempat latihan menari... macem-macem tarian, dong. Semua pelajarnya bisa jago tarian Indonesia maupun tarian luar negeri seperti balet atau flamenco.
Terus, aku juga berkhayal punya satu pulau lagi buat tempat wisata. Buat orang-orang yang pingin cari tempat sepi, bisa dateng ke pulau milikku. Toh, kalau ingin kontak dengan orang di luar pulau, orang tinggal terhubung dengan internet.
Barangkali seperti Pulau Macaroni, Pulau Siloinak, dan Pulau Kandui yang diberitakan sedang ditawarkan untuk dijual itu. Kabarnya, dalam ketiga pulau tadi sudah dibangun fasilitas rumah peristirahatan [resort] oleh pihak asing.
Lalu, aku berkhayal punya satu lagi yang kecil untuk rumah peristirahatanku sendiri. Lha.. aku 'kan punya pulau untuk sebuah sekolah bergengsi dan sebuah pulau tempat wisata yang luar biasa, pasti aku juga mampu membeli sebuah pulau lagi untuk diriku sendiri, dong!
Hmmm... Aku yakin banyak sekali orang Indonesia yang berkhayal punya pulau sendiri. Iya 'kan?
Gengsi Yang Makin Masuk Akal
Lewat artikelnya, "Your Own Private Island", majalah Time mengajarkan kita alasan warga Amerika saat ini makin ingin membeli pulau adalah:- Masih relatih lebih murah - bila dibandingkan dengan nilai jual property jenis lain yang punya pemandangan serupa.
- Dukungan teknologi makin menunjang - berkat teknologi pembangkit listrik tenaga matahari, misalnya, berbagai perangkat rumah tangga modern bisa tetap dipakai dalam sebuah pulau terpencil sekalipun.
Jadi.. gimana, mau beli pulau? Hidup di pulau, bukan berarti tinggal terisolir loh... Thanks to technology development.
Kesempatan Entrepreneurship Untuk Warga Indonesia?
Cuma, sih, untuk kasus ketiga pulau di kepulauan Mentawai itu memang agak luar biasa. Soalnya, Pak Gubernur gak tauk siapa yang jual pulau itu. Di MetroTV aku dengar bahwa yang menjual itu berinisial J. Kok bisa, ya, orang jual pulau?Terus, karena ditawarkan di situs internasional, berarti target pembelinya adalah orang asing. Rasanya, sih, gak boleh. Dan juga janganlah! Lebih baik kita jual pengelolaan pulau-pulau di Indonesia kepada sesama warganegara. Bagaimana caranya?
Dari artikel "Do You Have what it Takes to Own a Private Island?" di situs http://www.privateislandsmag.com/, kita bisa mengintip syarat mental yang dirangkum oleh editor majalah tersebut agar seseorang bisa memiliki dan mengelola sebuah pulau:
- Entrepreneurial Drive - Suka berwirausaha;
- Independence - Mengelola sebuah pulau berarti harus sanggup hidup di suatu pulau yang terpisah dengan wilayah besar lain, tinggal di sana dalam jangka waktu cukup lama;
- Adaptability - Membangun suatu pulau akan memiliki masalahnya sendiri, pastinya perlu mental lentur dan tidak gampang menyerah;
- Love of Nature - Percuma saja bila "memiliki" satu pulau namun areanya hancur oleh polusi dari kegiatan penghuninya. Maka seorang "pemilik" harus mengedepankan rasa cinta lingkungan demi bisa menikmati lingkungannya sendiri;
- Sense of Adventure - Yang cinta hidup aman ala warga kota, jangan harap mampu mengelola suatu pulau sendiri;
Kalau lima syarat tadi disingkat, maka hasilnya adalah PeDe bukan ;) ?
Rasa-rasanya, sudah saatnya pemerintah kita mengkampanyekan agar lebih banyak warganya yang tertarik mengelola ribuan pulau-pulau di negara Indonesia supaya PeDe bisa melakukannya. Kita ajak warga sendiri untuk membangun dunia pariwisata bagi pulau-pulau yang jumlahnya belasan ribu itu.
Di dalam kampanye tersebut, pasti akan terselip pesan untuk turut menjaga kelestarian alam. So, everybody wins. Sekalian, kampanye "Kelola Pulau" seharusnya bisa jadi ajang kesempatan untuk para ahli teknologi Indonesia bisa menjual produk inovasinya. Seperti disebutkan oleh majalah Time tadi, orang semakin tertarik hidup di suatu pulau karena daya dukungan teknologi yang makin membuat pilihan tersebut dapat diterima akal.
Aku yakin, seperti orang-orang asing yang sudah lakukan di Pulau Macaroni, Pulau Siloinak, dan Pulau Kandui, banyak sekali warga kita yang ingin mengelola satu pulau di negaranya. Sudah sewajarnya kita mengijinkan orang Indonesia mewujudkan mimpinya untuk turut membangun kesejahteraan bersama, bukan?
Perlu dibaca juga:
- Wisata ke Pulau Sikuai, Sumatera Barat
- (Tips) Ayo, Promosikan Indonesia!
- Bali - The Best Vacation Island in Asia
- Jimbaran dan Seminyak di Bali
- Björk - Sukses, Tak Jadi Kacang Lupa Kulit
- Cinta Indonesia: Right Or Wrong, My Country!
- Do you have a dream to have an island? If yes, then you should pass this article to at least to 10 friends of yours. Gabung di halaman facebook "Cantik Selamanya"...yiuk, yiaak,yiuuuk...