Skip to main content

Video Baru di YouTube channel-nya Cantik Selamanya #newvideoalert

Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care! 

Kasus Prita Mulyasari, Kritiskah Kita? [Hukum]

Good Quality and Original Article - Dian Manginta - Cantik Selamanya


Dian Manginta - Cantik Selamanya

Aku dan teman-teman di facebook baru saja berdiskusi tentang suatu hal yang menyangkut tentang opini publik. Kebetulan isunya sedang hangat, jadi kami saling sahut menyahut.

Kami tidak sedang membicarakan Prita Mulyasari waktu itu, namun soal hal lain. Di tengah-tengah pembicaraan, ada yang menyahut kurang lebih begini: "kritis dong, jangan percaya begitu aja pendapat masyarakat".

Aku tertegun membaca kalimat temanku itu. Sebagai seorang nasionalis, aku sangat percaya bahwa kita harus sebisa mungkin mengutamakan untuk belajar dari bangsa sendiri [lihat artikelku: "Cinta Indonesia: Right Or Wrong, My Country!"]. Kalau tidak bisa belajar dari negara sendiri, bagaimana bisa menggali pengetahuan dari bangsa lain?

Apa sebetulnya Critical Thinking?

Lalu aku mencari input dari Wikipedia tentang berpikir kritis. Di situs ini, aku menemukan artikel "Critical thinking".

Berpikir kritis tidak hanya bicara tentang kemampuan logika, namun juga kemampuan untuk melihat kejelasan sebab musabab, kredibilitas, akurasi/presisi, relevansi, fokus, proporsionalitas, dan juga kedalaman pengetahuan. Jadi, tanpa keinginan mencari tahu lebih dalam, kita tidak bisa berpikir kritis - melainkan cuma mengada-ada.

Di sini, Meyland SH kembali mengajak kita berpikir kritis dengan benar atas suatu isu sosial. Ingat, berpikir kritis hanya bisa dilakukan yaitu disertai dengan pengetahuan cukup. Topiknya tentang Prita Mulyasari.

Di kasus Prita, kita sering mendengar opini publik yang menyerang kalangan tertentu. Namun dengan mencoba menggali pengetahuan lebih mendalam, kita bisa mendapat kesempatan membangun opini yang konstruktif tentang aparat negara. Baik untuk kita, juga bagi mereka.

Guys, jangan sekali-kali untuk percaya bahwa bangsa Indonesia adalah kaum "malang-nian", yang kerjanya tertindas dan terbelakang saja. Kalaupun kita pernah begitu, itu hanya karena waktu itu bangsa kita dipimpin oleh kelompok otoriter yang tidak suka dengan pendidikan.

Sudah waktunya kita bisa berpikir positif dengan negara ini, "right or wrong, my country." Dengan berpikir kritis, dilandasi dengan pengetahuan cukup, pasti kita jadi generasi yang tahu caranya saling percaya satu sama lain.

Yuk, kita baca artikel Meyland?



Melihat Kasus Prita Lebih Jelas [Agar Kebebasannya Tidak Berdiri Di Atas Kesalahan]



Mengerti Hukum Itu PentingKasus Prita Mulya Sari belakangan ini kembali mencuat, dikarenakan dikabulkannya perlawanan ["verzet"] yang diajukan Jaksa Penuntut Umum [JPU]) di Pengadilan Tinggi [PT]. Hal ini kemudian mengakibatkan disidangkan [dilanjutkannya] persidangan atas kasus pecemaran nama baik atas RS Omni tersebut.

Mungkin banyak dari kita yang tidak habis pikir, "Kok udah diputus bebas, malah disidangkan kembali sih? Ada apa sebetulnya?" Malah kalau kita search, ada yang menduga kasus ini penuh dengan suapan.

Ada apa sih, sebetulnya?

Putusan Sela

Nah, putusan terdahulu yang menyatakan bebasnya Prita adalah Putusan Sela. Putusan Sela adalah putusan bersifat sementara yang dibuat dengan waktu yang cukup singkat oleh hakim karena ada dalil hukum yang nyata dapat mengakhiri perkara dengan putusan tersebut.

Putusan sela pada umumnya bicara mengenai kompetensi pengadilan untuk memeriksa dan memutus suatu perkara. Salah satu dari dua kompetensi itu adalah Kompetensi Absolut, di mana sangat jelas bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili. Inilah yang semula digunakan oleh Hakim di Pengadilan Negeri untuk mengeluarkan Putusan Sela tersebut.

Untuk masalah Prita, dasar hukum yang digunakan adalah bahwa UU ITE baru berlaku 2 [dua] tahun sejak diundangkan, sehingga kasus ini belum dapat diajukan ke persidangan. Ada kemungkinan ini terjadi karena desakan khalayak atas pembebasan Prita saat itu hingga Hakim salah baca UU. Sebetulnya dalam UU tersebut disebutkan bahwa mulai berlakunya adalah saat diundangkan, jadi kasus ini dapat disidangkan.

Lalu, di sinilah Jaksa Penuntut Umum [JPU] melakukan Perlawanan atas Putusan Sela tersebut dan berakhir dengan Putusan PT membatalkan Putusan Sela serta menyatakan keberwenangan Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan mengadili kasus ini.

Saya tidak keberatan melihat hal ini, karena jelas pada Putusan Sela tersebut telah terjadi kesalahpahaman Hakim PN dalam memutus. Tapi bukan berarti saya mengatakan Prita bersalah.

Karena dalam ayat 3 Pasal 310 KUHP tentang Penghinaan dikatakan demikian:
"Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri."

Kalimat “demi kepentingan umum” tersebut dapat melepaskan Prita dari jerat hukuman, jika isi emailnya terbukti dan bukan mengada-ada.

(Meyland.S)





Perlu dibaca juga artikel menarik tentang hukum di Cantik Selamanya:







Yuk, gabung?


Popular posts from this blog

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris

Mulai hari ini, setiap hari Rabu, di Cantik Selamanya ada cerita bersambung karangan Renthyna. Yes , it ' s a fiction . Semua serinya akan masuk di tag " fiction ". Hope you'll enjoy it ! :) Sinopsis: Nita, seorang karyawan yang bermimpi punya harapan yang indah di masa depan. Semangat empat limanya dipakai untuk menggempur semua tugas-tugas yang diberikan atasan karena berprinsip teguh untuk selalu memberikan hasil terbaik untuk sang pimpinan. Menurut ukurannya, apa yang diinginkannya tidaklah muluk-muluk, bahkan dia juga ikhlas dengan jumlah Rupiah yang diterima dari hasil jerih payahnya di kantor. Nita punya mimpi dan berharap setiap hari. Dalam pengejaran akan mimpi-mimpinya, dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa mimpinya tidak dapat diraih semudah ia membalikkan telapak tangannya. Nita Si Sekretaris Matanya memang menatap tajam ke arah gambar-gambar komik yang ditaruh di atas meja sambil kedua tangannya memegangi lembar kiri-kanan komik tersebut. Kepalanya se

Selimut Hati (by Dewa 19)

Suka Dewa 19 ? Aku suka lagu-lagunya. No offence but aku gak suka kasarnya Ahmad Dani . Siapa, sih , yang suka..? He he he.. Tapi, aku suka lagu-lagunya. Well, don ' t judge the book by its cover , right ? Aku juga suka suaranya Once . Nice voice . Salah satu lagu yang aku suka adalah Selimut Hati . " Aku.. kan menjadi malam-malammu.. kan menjadi mimpi-mimpimu.." Very nice . Lagunya bikin ngelamun . Lembut dan meyakinkan. Meyakinkan, bahwa yang menyanyikan lagu ini bener-bener ngerti perasaan kekasih hatinya. So sweet ... Dia bener-bener pengen menyenangkan hati kekasihnya, waktu bilang , " Aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta .." Tapi dia juga minta pengertian bahwa dia gak bisa seperti kekasih lama yang mungkin masih terkenang-kenang... Ah ... so dearly ... Wouldn't it be nice kalau ada orang yang berlaku begitu untuk kita? Dengan lembut mengungkapkan rasa sayangnya tanpa terdengar menjadi murahan... Tanpa menjadi gombal .. kain bekas buat lap l

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris (2)

Cerita sebelumnya : Nita, seorang sekretaris, hidup dengan optimis namun tidak neko-neko. Namun, keoptimisannya kerap diuji, apalagi dia "hanya" seorang... Nita Si Sekretaris Nita tidak bisa mengerti, kenapa semua pekerjaan Vero tersebut harus dikerjakannya. Ditambah lagi Vero malah marah-marah tidak karuan gara-gara Nita tidak menambah sepuluh persen pada kolom perkiraan tadi. “Sumpah, gue ga' tahu itu harus dikalikan berapa.” Cerita Nita pada Ellen. “Tapi elu tuh harusnya banyak bertanya dong, Nit. Lu harus lebih berinisiatif bertanya ke Vero kalau ada urusan kerjaan sama dia.” Ucap Ellen menguliahi. Saat itu Nita tidak berharap Ellen malah menasehatinya karena Ellen 'kan juga sama seperti dia yang adalah seorang sekretaris juga. Dia justru ingin seorang kolega bisa memberi kata-kata hiburan ataupun pemberi semangat pada saat-saat tidak menyenangkan seperti ini. Dan, walaupun bosnya adalah Pak Walker yang sudah tua tapi ramah, namun dalam logika Nita, Ellen sepantas