Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
Dear My Beloved Readers,
Tanggungjawab kita yang sudah menikmati bangku sekolah, adalah mencoba menyumbangkan kembali modal intelektualitas bagi kepentingan masyarakat. Sekolah sebetulnya memberikan kompetensi, tanggungjawab masing-masing dari kita untuk turut membangun.
Di sinilah pentingnya demokrasi. Demokrasi memberikan pemahaman agar setiap ide, pikiran, harapan, keinginan, dapat disalurkan. Dalam demokrasi, setiap orang punya posisi penting, karena ia punya kemampuan berpikir yang bisa dimanfaatkan bagi kepentingan seluruh grup.
Sama sekali salah kalau kita menukarkan "demokrasi" menjadi "majority voice". Karena demokrasi lahir waktu kita menyadari setiap orang punya kemampuan untuk mempengaruhi lingkungannya. Setiap orang adalah subyek, dan bukan obyek. Everybody counts, setiap orang diingat dan tidak dilupakan. Kalau tidak, ngapain mahal-mahal mengadakan Pemilu?
Itu sebabnya, di artikel-artikel iptek di Cantik Selamanya, aku kerap menuliskan bahwa penelitian perilaku manusia akan menggunakan kalimat "subyek yang diteliti" bukan "obyek yang diteliti". Orang yang sedang diteliti bisa saja mempengaruhi si peneliti itu sendiri. Besar atau kecil, setiap orang mampu mempengaruhi keputusan, cara berpikir, lingkungan tempat ia berada.
Guys,
Seandainya kita cukup PeDe, merasa mampu mempengaruhi lingkungan, maka berita politik di media akan tidak jarang jadi pesan tentang peluang keberlangsungan pengabdian kita kepada negara. Pengabdian itu bisa diwujudkan dalam bentuk apa aja, loh. Dari mulai ikut menjaga kebersihan, sampai membayar pajak.
Sekarang sedang marak media membicarakan tentang DPT. Sebetulnya, apa sih pesan moral kepada kita dari topik ini? Apakah masih terkait dengan yang aku ungkapkan tadi, tentang jaminan kebebasan kita berkontribusi pada lingkungan kita?
Meyland, sepupuku, dalam kompetensinya di bidang hukum, memberikan input pendapatnya tentang bagaimana kita dapat mengerti isu ini dari perspektif legal.
Yuk, kita simak:
Jadi.. bagaimana pendapat kita?...
UPDATE - 06 Juli 2009, 23.00 - Pendapat Meyland Sesuai Dengan Pendapat MK
Kompas.com Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa warga negara yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap (DPT) akhirnya boleh memilih dengan menggunakan kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor yang berlaku. Dengan demikian, hak politik calon pemilih yang tidak terdaftar tidak dirugikan.
Perlu dibaca juga:
- Cause facebook "Awasi Pelaksanaan Pemilu"
- Jadi Saksi Pemilu, Yuk?
- Pemilu...!
- Let's Show to The World, Our Nation is the Best!
- Pemilih Presiden Republik Indonesia
- Let's express our love for Indonesia!...And, gabung di halaman facebook "Cantik Selamanya", yiuk? ;)