Skip to main content

Video Baru di YouTube channel-nya Cantik Selamanya #newvideoalert

Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care! 

Cerber Nita Si Sekretaris (12)


KUTIPAN MINGGU LALU:

Rasanya bagaimana, begitu… Suara ribut-ribut itu berasal dari dalam ruangan bosnya yang ada di depan mejanya, tapi, di setiap e-mail yang masuk harus dibacanya dengan teliti, namun… dari dalam ruang kerja si Ibu masih juga mengganggu konsentrasinya dengan ucapan-ucapan bernada tinggi diantara Bu Marsya dan Pak Walker.

Nita akhirnya mengulang lagi pesan e-mail yang disampaikan Sisca:
that the recommendation on the chapter three has been amended by adding some… “NO!” teriak Bu Marsya…

Hhhhh…! Nita membelalakan matanya lagi. Ia mencoba memastikan bahwa ia menangkap dengan baik pesan Sisca tadi..
Baru bergabung? Jangan mulai dari episode ini, baca dulu bagian:




*****


Dian Manginta - Cantik Selamanya



Hhhhh…! Nita membelalakan matanya lagi. Ia mencoba memastikan bahwa ia menangkap dengan baik pesan elektronik dari Sisca tersebut.

Krrrrrrriiiingggggggg!

Telpon Nita berdering. Di layar telpon terlihat nama Ellen.

“Lo denger pada ngomongin apa’an sih?” Kata Ellen seketika Nita mengangkat gagang telponnya. Ia berbicara dengan suara dipelankan seolah-olah takut didengar orang lain. Padahal disampingnya ada Asti yang ikut serius mengamati ‘tragedi’ antara Bu Marsya dan Pak Walker. Sementara Darman tenang saja mengerjakan pekerjaannya sambil sekali-kali ikutan berusaha melihat dari kejauhan ke dalam ruang kerja Bu Marsya ketika ia beranjak dari kursinya.

“Ga kedengeran.” Sahut Nita pendek.

Sebenarnya, Nita juga tidak ingin tahu urusan dan persoalan orang lain sepanjang itu tidak menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Namun, rasanya sukar untuk bersikap secara terus terang seperti itu terhadap beberapa orang yang dikenalnya di tempat kerja ini.

Nita Si SekretarisJadi, Nita memilih untuk diam saja sambil menunggu Ellen melanjutkan apa yang hendak diucapkannya.

“Hmmm…” Suara Ellen terdengar agak bimbang. Memang, Nita dan Ellen duduk tidak berjauhan. Sebenarnya mereka bisa saja berbicara secara langsung tanpa melalui sambungan telpon. Namun, begitulah sikap yang dipilih oleh Ellen.

“Ya udah deh, ntar elo kasih tau gue ya.” Kata Ellen kemudian, lalu menutup telponnya.

“Bilang sama bosnya, sabar, Bu. Gitu…” Kata Darman yang kemudian tertawa sendiri.

Nita sendiri tidak tahu harus bagaimana, kecuali kembali membaca semua e-mail yang masuk, sambil tangannya memegang stapler menggabungkan lembaran-lembaran laporan yang tadi dicetaknya.

Tiba-tiba, pintu ruang kerja Bu Marsya terbuka. Pak Walker berjalan keluar dengan mata sekilas melirik ke arah Nita. Entah bagaimana menggambarkan air muka Pak Walker. Beliau tidak terlihat emosional, tapi juga tidak terlihat senang. Wajahnya terlihat datar-datar saja, tapi juga seperti orang habis marah.

Do a good work, Nita.” Tiba-tiba saja Pak Walker berbicara begitu sambil menepuk dinding partisi meja Nita dan berlalu memasuki ruang kerjanya sendiri.

Seketika saja Nita dapat merasakan wajahnya merah merona… “Ya, Pak.” Sahutnya, mungkin agak terlambat diucapkan.

Nita memang merasa malu. Walaupun, harusnya dia tidak perlu begitu. Tapi, Nita juga merasa tidak enak jika Pak Walker mengatakan itu tadi karena menyangkanya sejak tadi menguping pembicaraan mereka.

Ah, bodo amat. Nita mengumpat dalam hati. Ia buru-buru memasuki ruang kerja Bu Marsya tanpa menunggu sang bos memanggilnya terlebih dahulu.

“Permisi, Bu.” Sapa Nita sopan sambil mengetuk pintu ruang kerja Bu Marsya yang sedang terbuka.

Bu Marsya tidak menoleh sama sekali. Beliau menunduk saja sambil terus membaca laporan yang sedang dipegangnya. Sikapnya yang tenang sambil membaca laporan tersebut sama sekali tidak menunjukkan kondisi seseorang yang barus saja bertengkar.

Tanpa menunggu jawaban dari si bos, Nita segera melangkah masuk dan menaruh beberapa dokumen pada ‘tray-in’ yang ada dipinggir meja. Nita juga memeriksa beberapa dokumen yang ada di ‘tray-out’ dan memeriksanya satu per satu.

“Bu, nanti jam sepuluh Pak Was mau minta ijin mengurus perpanjangan SIM,” kata Nita, berdiri di depan meja dan menantikan jawaban Bu Marsya yang masih juga membaca laporan yang masih ada ditangannya itu, tapi sekarang laporan tersebut malah ditaruh diatas pangkuannya.

“Di jadwal Ibu, hari ini ada meeting dengan Sarah. Jadi, Bu?...” lanjut Nita lagi. Sekarang ia hanya memandangi Bu Marsya. Benar-benar menantikan jawaban beliau.

Bu Marsya seketika melirik ke arah Nita. Dari balik kacamatanya terlihat lirikan matanya tajam mengarah ke Nita.

“Laporan Balikpapan kamu bilang sudah-sudah. Sampai sekarang tidak ada. Apa saja kerjamu dari tadi?!”

Nita terperangah… Selama sepersekian detik ia berdiri kaku karena sama sekali tidak siap dengan reaksi Bu Marsya yang berbicara dengan pedas seperti itu. Dengan cepat, ucapan Bu Marsya ‘apa saja kerjamu dari tadi’ mengusik perasaan Nita. Saya tadi tidak menguping! Teriaknya dalam hati. Pingin rasanya ia membalas tajam tatapan mata si bos.

“Saya taruh di sini, Bu,” jawab Nita, justru dengan intonasi nada yang sangat halus. Dengan sedikit bergetar Nita mengambilkan dokumen yang tadi ditaruhnya di ‘tray-in’ dan diletakkannya di meja sang bos yang hatinya masih panas membara itu. Nita tak dapat menahan getaran tangannya.

“Mbak Yanti setengah jam lagi mau discuss training di Australia, ya, Bu?” Kata Nita lagi sambil melangkah keluar.

“Nggak. Nggak! Saya sibuk.” Sambil pandangan matanya tetap mengarah ke laporan Balikpapan itu, Bu Marsya mengibas-ibaskan tangannya tanda Nita harus cepat-cepat meninggalkan ruang kerjanya.




Bersambung




Baca juga: "Pembacaan Cerber "Nita si Sekretaris" di Radio Cempaka Asri FM!"




Good Quality and Original Article - Dian Manginta - Cantik Selamanya


Popular posts from this blog

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris

Mulai hari ini, setiap hari Rabu, di Cantik Selamanya ada cerita bersambung karangan Renthyna. Yes , it ' s a fiction . Semua serinya akan masuk di tag " fiction ". Hope you'll enjoy it ! :) Sinopsis: Nita, seorang karyawan yang bermimpi punya harapan yang indah di masa depan. Semangat empat limanya dipakai untuk menggempur semua tugas-tugas yang diberikan atasan karena berprinsip teguh untuk selalu memberikan hasil terbaik untuk sang pimpinan. Menurut ukurannya, apa yang diinginkannya tidaklah muluk-muluk, bahkan dia juga ikhlas dengan jumlah Rupiah yang diterima dari hasil jerih payahnya di kantor. Nita punya mimpi dan berharap setiap hari. Dalam pengejaran akan mimpi-mimpinya, dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa mimpinya tidak dapat diraih semudah ia membalikkan telapak tangannya. Nita Si Sekretaris Matanya memang menatap tajam ke arah gambar-gambar komik yang ditaruh di atas meja sambil kedua tangannya memegangi lembar kiri-kanan komik tersebut. Kepalanya se

Selimut Hati (by Dewa 19)

Suka Dewa 19 ? Aku suka lagu-lagunya. No offence but aku gak suka kasarnya Ahmad Dani . Siapa, sih , yang suka..? He he he.. Tapi, aku suka lagu-lagunya. Well, don ' t judge the book by its cover , right ? Aku juga suka suaranya Once . Nice voice . Salah satu lagu yang aku suka adalah Selimut Hati . " Aku.. kan menjadi malam-malammu.. kan menjadi mimpi-mimpimu.." Very nice . Lagunya bikin ngelamun . Lembut dan meyakinkan. Meyakinkan, bahwa yang menyanyikan lagu ini bener-bener ngerti perasaan kekasih hatinya. So sweet ... Dia bener-bener pengen menyenangkan hati kekasihnya, waktu bilang , " Aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta .." Tapi dia juga minta pengertian bahwa dia gak bisa seperti kekasih lama yang mungkin masih terkenang-kenang... Ah ... so dearly ... Wouldn't it be nice kalau ada orang yang berlaku begitu untuk kita? Dengan lembut mengungkapkan rasa sayangnya tanpa terdengar menjadi murahan... Tanpa menjadi gombal .. kain bekas buat lap l

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris (2)

Cerita sebelumnya : Nita, seorang sekretaris, hidup dengan optimis namun tidak neko-neko. Namun, keoptimisannya kerap diuji, apalagi dia "hanya" seorang... Nita Si Sekretaris Nita tidak bisa mengerti, kenapa semua pekerjaan Vero tersebut harus dikerjakannya. Ditambah lagi Vero malah marah-marah tidak karuan gara-gara Nita tidak menambah sepuluh persen pada kolom perkiraan tadi. “Sumpah, gue ga' tahu itu harus dikalikan berapa.” Cerita Nita pada Ellen. “Tapi elu tuh harusnya banyak bertanya dong, Nit. Lu harus lebih berinisiatif bertanya ke Vero kalau ada urusan kerjaan sama dia.” Ucap Ellen menguliahi. Saat itu Nita tidak berharap Ellen malah menasehatinya karena Ellen 'kan juga sama seperti dia yang adalah seorang sekretaris juga. Dia justru ingin seorang kolega bisa memberi kata-kata hiburan ataupun pemberi semangat pada saat-saat tidak menyenangkan seperti ini. Dan, walaupun bosnya adalah Pak Walker yang sudah tua tapi ramah, namun dalam logika Nita, Ellen sepantas