Skip to main content

Video Baru di YouTube channel-nya Cantik Selamanya #newvideoalert

Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care! 

Cerber - Nita Si Sekretaris (4)

Good Quality and Original Article - Dian Manginta - Cantik Selamanya


CERITA SEBELUMNYA

Baru bergabung? Jangan mulai dari episode ini, baca dulu bagian:
Nita, seorang sekretaris, hidup dengan pikiran optimis namun tidak neko-neko. Namun, keoptimisannya kerap diuji, apalagi dia "hanya" seorang...

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris

Nita Si Sekretaris


Eh, tapi… ternyata si Asti serius juga dengan niatnya. "Hmmm… gimana ya, kalau tidak pakai Pak Wiguna lagi?"

Nita melirik ke arah kotak pensil unik pemberian Pak Wiguna. "Untung ga' ada yang tau' kalo dia suka sama gue dan rajin ngasih-ngasih gue kado", bisiknya dalam hati.

Sekelebat Nita teringat pada waktu ada seorang messenger yang mengetok kamar kosnya. Dia bawa kado yang isinya coklat pemberian Pak Wiguna. Gila! Dari mana dia tau gue ngekos? Umpatnya masih dalam hati.

Waktu itu, malah Nita sempat berpikir, Pak Wiguna itu laki-laki tua yang tidak tahu malu. Berani-beraninya si vendor itu merayunya. Waktu itu juga, Nita menganggap mungkin Pak Wiguna mau menyuapnya dengan hadiah-hadiah. "...Emang gue apaan?! Bos juga bukan, kok dia ngasih-ngasih hadiah ke gue?", pikirnya saat itu. Bahkan dia sempat curiga kalau Pak Wiguna itu pasti suka merayu-rayu sekretaris-sekretaris atau staf-staf perempuan di perusahaan tempatnya bekerja. "Tapi bagaimana caranya, ya, supaya bisa bertanya pada mereka, tapi mereka ga curiga?"

"...Ah ga tau deh.", ucapnya pelan, hampir tidak terdengar oleh siapa-siapa. Dia sendiri bingung, "Kenapa juga gue, kok, jadi kepikiran begini?"

Tapi, saat Nita menarik lacinya hendak mengambil penghapus tinta, ia mendapati selembar tiket nonton, lagi-lagi pemberian Pak Wiguna.

Nita Si Sekretaris "Hmmmm... Sebenarnya, bagaimana ya?" Nita masih belum yakin apakah hatinya sudah terpikat pada Pak Wiguna atau belum. Rasanya sih getaran itu sudah ada. Karena, entah keyakinan yang datang dari mana, Nita merasa Pak Wiguna berbahagia jika berkomunikasi dengannya. Dari tekanan suara yang didengarnya, dia merasa Pak Wiguna sedang menularkan gelombang kebahagiaan jika berbicara dengannya. Hal ini diteguhkan kembali dengan pesan teks yang dibalas Pak Wiguna, selalu disertai dengan lambang gambar wajah tersenyum :).

"Ah... Jangan gila, dong, Nit...!" Nita mencoba menguat-nguatkan dirinya sendiri.

Apalagi, ketika Pak Wiguna sendiri mengantarkan barang pesanannya sekitar tiga minggu yang lalu. Dia memang tidak tahu kalau orang itu adalah Pak Wiguna. Mereka memang belum pernah bertemu sebelumnya, karena semua urusan diurus melalui telpon atau e-mail atau fax. Paling juga Ibu Indira dan timnya saja yang pernah bertemu muka dengan para vendor untuk urusan penandatanganan kerja sama. Jadi, Nita juga merasa biasa-biasa saja untuk menjalin kerja sama dengan vendor manapun termasuk Pak Wiguna, apalagi untuk berpikir lebih jauh dari situ. Dia juga tidak pernah menyangka akan bertemu dengan seorang vendor yang sering memberinya hadiah-hadiah tersebut.

"Mbak Nita, minta tolong ditanda tangani dibagian ini," ucapnya saat itu pada Nita. Memang suaranya seperti Nita kenal, dan saat akan membubuhkan tanda tangan, Nita menoleh ke arah orang itu yang sedang memandanginya dengan wajah tersenyum dan tatapan yang... mesra.

"Pak Wiguna, ya?" Tanya Nita ragu-ragu yang dibalas dengan anggukan kepala dan uluran jabatan tangan dari Pak Wiguna. Ternyata bapak itu punya wajah yang lumayan manis, bersih, dan sama sekali bukan orang tua. Dengan penampilan tubuh yang tegap dan proporsional, mungkin, usianya kira-kira tiga puluh dua atau lima. Dengan senyum yang lebar, dia juga terlihat gembira ketika Nita menanyakan namanya. Bahkan, mata Pak Wiguna – yang harusnya tidak perlu dipanggil dengan sebutan ‘Pak’ – terlihat berbinar-binar membalas tatapan Nita.

Uh... eh... oh... Nita jadi salah tingkah. Ia mencoba menghindari tatapan mata penuh rayuan tersebut sambil mencoba membetulkan letak kaca matanya dan berusaha mengalihkan pandangan dengan memandang ke arah formulir tanda terima yang disodorkan Pak Wiguna untuk membubuhkan tanda tangan. Tapi, 'eh, mana ya bagian tanda tangannya? Nita memang sedikit panik karena pesona Pak Wiguna. Pria tersebut memang sama sekali berbeda dari yang dia gambarkan selama ini.

Lagian, Nita juga kebingungan sendiri. "Kenapa gue salting begini yah?"

"Yang ini, Mbak," kata Pak Wiguna sambil tersenyum dan menunjuk ke arah kolom tempat tanda tangan. Beliau sepertinya mengerti Nita sedang mencari-cari sesuatu di formulir tersebut.
Nita jadi tertawa malu dan iapun membuka dirinya, rasanya sekarang sikapnya sudah bisa sedikit rileks karena dia merasa lebih santai dengan keramahan Pak Wiguna. Terlebih lagi, Nita merasa Pak Wiguna sangat mengistimewakan dirinya sampai-sampai harus menyampaikan pesanannya tersebut seorang diri.

"Pak Wiguna tidak kirim Pak Yono saja, Pak?" tanya Nita masih dengan nada suara terdengar agak canggung.

"Iya. Saya mampir saja sebentar sambil memberikan invoice-nya, Mbak Nit. Kebetulan di gedung sebelah saya sedang ada perlu juga, Mbak," katanya masih dengan senyum lebar dari mimik wajah yang amat gembira. Namun, Nita juga sangat menghargai Pak Wiguna yang menatapnya penuh mesra tersebut ternyata tetap bersikap sopan dan terkendali. Dia tidak nekad mengumbar kata-kata gombal di depan Pak Satpam yang duduk di area reception sambil memandangi obrolan mereka berdua.

"Silahkan dulu di periksa dulu, Mbak," kata Pak Wiguna sambil menunjukkan arah barang bawaan yang merupakan pesanan Nita.

"Oke." Kata Nita, lalu kemudian menghitung-hitung pesanannya.

Tapi... sssssst... sekilas Nita tadi memperhatikan bahwa Pak Wiguna tidak memakai cincin!


Bersambung


Updated - Baca juga: "Pembacaan Cerber "Nita si Sekretaris" di Radio Cempaka Asri FM!"

Popular posts from this blog

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris

Mulai hari ini, setiap hari Rabu, di Cantik Selamanya ada cerita bersambung karangan Renthyna. Yes , it ' s a fiction . Semua serinya akan masuk di tag " fiction ". Hope you'll enjoy it ! :) Sinopsis: Nita, seorang karyawan yang bermimpi punya harapan yang indah di masa depan. Semangat empat limanya dipakai untuk menggempur semua tugas-tugas yang diberikan atasan karena berprinsip teguh untuk selalu memberikan hasil terbaik untuk sang pimpinan. Menurut ukurannya, apa yang diinginkannya tidaklah muluk-muluk, bahkan dia juga ikhlas dengan jumlah Rupiah yang diterima dari hasil jerih payahnya di kantor. Nita punya mimpi dan berharap setiap hari. Dalam pengejaran akan mimpi-mimpinya, dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa mimpinya tidak dapat diraih semudah ia membalikkan telapak tangannya. Nita Si Sekretaris Matanya memang menatap tajam ke arah gambar-gambar komik yang ditaruh di atas meja sambil kedua tangannya memegangi lembar kiri-kanan komik tersebut. Kepalanya se

Selimut Hati (by Dewa 19)

Suka Dewa 19 ? Aku suka lagu-lagunya. No offence but aku gak suka kasarnya Ahmad Dani . Siapa, sih , yang suka..? He he he.. Tapi, aku suka lagu-lagunya. Well, don ' t judge the book by its cover , right ? Aku juga suka suaranya Once . Nice voice . Salah satu lagu yang aku suka adalah Selimut Hati . " Aku.. kan menjadi malam-malammu.. kan menjadi mimpi-mimpimu.." Very nice . Lagunya bikin ngelamun . Lembut dan meyakinkan. Meyakinkan, bahwa yang menyanyikan lagu ini bener-bener ngerti perasaan kekasih hatinya. So sweet ... Dia bener-bener pengen menyenangkan hati kekasihnya, waktu bilang , " Aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta .." Tapi dia juga minta pengertian bahwa dia gak bisa seperti kekasih lama yang mungkin masih terkenang-kenang... Ah ... so dearly ... Wouldn't it be nice kalau ada orang yang berlaku begitu untuk kita? Dengan lembut mengungkapkan rasa sayangnya tanpa terdengar menjadi murahan... Tanpa menjadi gombal .. kain bekas buat lap l

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris (2)

Cerita sebelumnya : Nita, seorang sekretaris, hidup dengan optimis namun tidak neko-neko. Namun, keoptimisannya kerap diuji, apalagi dia "hanya" seorang... Nita Si Sekretaris Nita tidak bisa mengerti, kenapa semua pekerjaan Vero tersebut harus dikerjakannya. Ditambah lagi Vero malah marah-marah tidak karuan gara-gara Nita tidak menambah sepuluh persen pada kolom perkiraan tadi. “Sumpah, gue ga' tahu itu harus dikalikan berapa.” Cerita Nita pada Ellen. “Tapi elu tuh harusnya banyak bertanya dong, Nit. Lu harus lebih berinisiatif bertanya ke Vero kalau ada urusan kerjaan sama dia.” Ucap Ellen menguliahi. Saat itu Nita tidak berharap Ellen malah menasehatinya karena Ellen 'kan juga sama seperti dia yang adalah seorang sekretaris juga. Dia justru ingin seorang kolega bisa memberi kata-kata hiburan ataupun pemberi semangat pada saat-saat tidak menyenangkan seperti ini. Dan, walaupun bosnya adalah Pak Walker yang sudah tua tapi ramah, namun dalam logika Nita, Ellen sepantas