Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
KUTIPAN MINGGU LALU: “Saya taruh di sini, Bu,” jawab Nita, justru dengan intonasi nada yang sangat halus. Dengan sedikit bergetar Nita mengambilkan dokumen yang tadi ditaruhnya di ‘tray-in’ dan diletakkannya di meja sang bos yang hatinya masih panas membara itu. Nita tak dapat menahan getaran tangannya. “Mbak Yanti setengah jam lagi mau discuss training di Australia, ya, Bu?” Kata Nita lagi sambil melangkah keluar. “Nggak. Nggak! Saya sibuk.” Sambil pandangan matanya tetap mengarah ke laporan Balikpapan itu, Bu Marsya mengibas-ibaskan tangannya tanda Nita harus cepat-cepat meninggalkan ruang kerjanya. | Baru bergabung? Jangan mulai dari episode ini, baca dulu bagian: |
Nitapun berjalan keluar ruang kerja tersebut dan menutup pintunya untuk membiarkan si bos bekerja sendirian dengan tenang di dalam ruang kerjanya.
Tapi… Nita melihat Yanti sudah berdiri di samping meja Nita - ketika ia menoleh baru menutup pintu ruang kerja Bu Marsya.
Di samping meja Nita itu, dengan sikap santainya Yanti mengamat-amati area kerja Nita. Ia juga dengan tidak sungkan-sungkan memegang-megang jam meja imut yang memang terlihat sangat menarik perhatian itu. Tapi, pandangan matanya justru tertuju ke arah beberapa dokumen yang belum dibawa Nita ke dalam ruang kerja Bu Marsya. Jadi, ketika didengarnya pintu ruang kerja Bu Marsya ditutup, Yanti memandangi Nita dengan senyum cerah berseri diwajahnya.
Tumben dia senyum liat gue, ucap Nita dalam hati. Namun, begitulah Nita, ia malah membalas dengan senyum yang ramah juga.
“Aku ketuk pintu ruangan Ibu aja?” Tanya Yanti tanpa basa basi. Ups… Nita agak bingung mencari jawaban yang tepat untuknya.
Sesaat ia memutar-mutar arah pandangan matanya.
“Hmmmm… katanya Ibu sedang sibuk. Sekarang Ibu lagi review laporan.” Jawab Nita sambil berharap Yanti mau menerima jawabannya itu.
“Loooohhh…” Nada suara Yanti mulai tidak enak terdengar. “Kamu kan yang kemarin ngejadwalin saya dengan Bu Marsya jam segini…”
“Ya, saya jadwal ulang lagi saja, ya?”
“Kamu harusnya konfirmasi dulu dong sama saya.” Jawab Yanti dengan sikap yang masih tenang, namun nada suaranya semakin tidak enak terdengar. “Kalau tau saya ga bisa kesini, saya kan sudah ikutan Edward meeting di Karawang. Sekarang sudah jam berapa ini? Kamu kira dari sini dekat ke Karawang?” Yanti mulai mengomel. Wajahnya yang barusan terlihat manis dan ceria berseri-seri sekarang sudah sangat berlawanan. Tatapan matanya juga sudah mulai tajam ke arah Nita.
“Mana cuma saya lagi yang tau progress Karawang.” Masih omelannya, tapi arah pandangannya malah ke arah ruang kerja Bu Marsya. Lalu, ia berlalu meninggalkan meja Nita.
Tapi, ternyata Yanti malah berjalan menuju meja Ellen. “Len, gue bisa ketemu bapak sekarang?” Tanya Yanti pada Ellen. Nita masih bengong memperhatikan Yanti dari tempatnya.
“Hmmm… Lama, ga?” Tanya Ellen dan dijawab dengan gelengan kepala Yanti dan matanya melirik tajam ke arah Nita.
“Masuk aja.” Kata Ellen lagi.
Yantipun masuk ke dalam ruangan Pak Walker dan langsung duduk di kursi yang tersedia di depan meja si bule tua itu.
Tidak tahu apa yang dikatakan Yanti pada Pak Walker. Suara mereka memang tidak jelas tertangkap dari meja Nita. Tapi, tangan Yanti tampak sebentar-sebentar digerak-gerakkan kesana kemari sementara Pak Walker terlihat serius memperhatikan ucapan-ucapan Yanti.
“Was it?” Tanya Pak Walker kemudian dengan dahi dikerutkan.
Pak Walker kemudian terlihat menelpon seseorang sebentar dan kemudian melanjutkan mendengar ucapan-ucapan Yanti.
Beberapa menit kemudian muncul Andy Smith memasuki ruang kerja Pak Walker. Wajah Andy terlihat seperti orang yang sedang terheran-heran. Ia berbicara pada Pak Walker dan Yanti dengan ekspresi wajah seperti sedang diinterogasi.
Bersambung
Baca juga: "Pembacaan Cerber "Nita si Sekretaris" di Radio Cempaka Asri FM!" |