Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!

Abdurrahman Wahid memperlihatkan kepada kita bahwa mendengarkan adalah perbuatan besar.

GAMBAR di atas diambil dari situs yang bertajuk nama "Abdurrahman Wahid" di http://gusdur.net/. Sewaktu menilik halaman dalamnya, kita akan menemukan cermin dari seseorang yang seumur hidupnya menggulati semangat pluralisme, menjunjung tinggi perbedaan, terutama ketidakpersamaan pendapat. Isinya yang luas, menyiratkan tahun-tahun panjang melakukan perenungan, riset, dan luasnya pengalaman pribadi. Segala aliran pendapat yang tertuang di situs tersebut bukan berhulu dari orang berkelas sembarangan.
Catatan hidup Abdurrahman Wahid menunjukkan bagaimana seharusnya seorang berpendidikan memilih gaya hidup: berusaha melayani masyarakat kembali. Karena Tuhan sepanjang waktu mengambil saluran dari manusia di sekeliling kita untuk memberikan pengetahuan serta didikan, dan dengan demikian kita harus mengembalikan segala kebaikan ilmu yang telah kita terima dalam perjuangan menegakkan peri kehidupan mulia di antara masyarakat. Keinginan mengabdi bagi masyarakat, itulah batas kebebasan belajar kita.
Kala menjelang tahun 2010, Presiden Abdurrahman Wahid menyempurnakan keteladanan dalam mengabdi kepada masyarakat dengan cara terus-menerus berusaha memberikan telinga bagi sebanyak-banyaknya suara. Sungguh, mendengarkan lebih baik dari banyak usaha melakukan banyak upaya melakukan kebaikan.
Bila semua orang mau mendengar lebih banyak, maka mereka akan selangkah lebih dekat untuk bisa tangkas memilih mana yang baik dan jahat. Namun kita harus ingat, bahkan kalangan diktaktor terjahat sekalipun akan membebaskan segala pendapat bergulir manakala baik di telinganya saja. Dengan demikian, kerelaan mendengarkan segala pendapat mengisyarakatkan kerendahan hati, kerelaan untuk diperbaiki, kemauan untuk disempurnakan orang lain.
Semoga, kita bisa mengajarkan kepada generasi berikutnya sebagaimana Abdurrahman Wahid telah berkhotbah melalui tindakan nyatanya sepanjang usianya.
Amin.
Jakarta, 31 Desember 2009
Dian Manginta - Cantik Selamanya