Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
Jadi, kemarin itu, setelah selesai upload video ke YouTube, aku gak punya banyak waktu untuk share ke teman-teman di grup-grup facebook yang aku ikuti, termasuk ke Instagram. Aku bahkan gak sempat pasang bulu mata palsu!
Tapi aku samarkan dengan eye shadow. Lagi pula aku pakai saja kacamataku supaya area mataku tidak terlalu terlihat.. hehehe...
Nah, kemarin itu aku pergi nonton film A Man Called Ahok yang sedang tayang di bioskop-bioskop 21 Cineplex. Aku sengaja pilih hari Selasa siang supaya betul-betul gak crowded. Lagi pula ini hari yang tercepat yang aku bisa ambil untuk pergi ke bioskop.
Semula aku gak begitu excited dengan judul filmnya, hingga kemudian di salah satu grup WhatsApp yang aku ikuti, ada yang mengirimkan video singkat pendapat pelawak senior Indro Warkop yang baru menonton Premier-nya dan berpendapat bahwa film itu bagus, bukan film politik.
Maka berangkatlah aku tadi siang ke bioskop di Metropolitan Mall yang tidak jauh dari rumahku di Pondok Kelapa. Tiba di bioskop, hanya tinggal 15 menit lagi sebelum penayangannya di mulai.
Sekarang mungkin sudah banyak yang tahu kalau film ini "ternyata" adalah film tentang ayahnya Ahok, Kiem Nan. Maka aku menyimak baik-baik untuk mengerti siapa ayah Ahok ini, yang telah mendidik anak-anaknya sedemikian sehingga 2 diantaranya berhasil menjadi Bupati di Belitung. It's really an achievement, isn't it?
Kesimpulanku, ini film bagus tentang bermimpi. Tentang membayar harga. Tentang cinta. Kiem Nan, agaknya tak percaya bahwa mimpinya agar anaknya menjadi Bupati di Belitung untuk membangun tanah kelahirannya itu, dapat terwujud. Ia pergi sebelum Ahok kembali ke desanya untuk mewujudkan impiannya.
Namun yang membuat air mataku menitik adalah adegan penutup, yaitu ketika Ahok akhirnya di penjara sementara di latar belakang terdengar rekaman suara Veronica yang terisak membacakan surat terbukanya. Harga sebuah mimpi, kadang begitu mahalnya.
Mungkin, pelajarannya adalah, pahami mimpimu itu apa, dan persiapkan diri sebaik-baiknya. Bagaimana pun juga, ada harga yang harus dibayar untuk apapun yang ingin kita raih.
Begitulah...
Tapi aku samarkan dengan eye shadow. Lagi pula aku pakai saja kacamataku supaya area mataku tidak terlalu terlihat.. hehehe...
Nah, kemarin itu aku pergi nonton film A Man Called Ahok yang sedang tayang di bioskop-bioskop 21 Cineplex. Aku sengaja pilih hari Selasa siang supaya betul-betul gak crowded. Lagi pula ini hari yang tercepat yang aku bisa ambil untuk pergi ke bioskop.
Semula aku gak begitu excited dengan judul filmnya, hingga kemudian di salah satu grup WhatsApp yang aku ikuti, ada yang mengirimkan video singkat pendapat pelawak senior Indro Warkop yang baru menonton Premier-nya dan berpendapat bahwa film itu bagus, bukan film politik.
Maka berangkatlah aku tadi siang ke bioskop di Metropolitan Mall yang tidak jauh dari rumahku di Pondok Kelapa. Tiba di bioskop, hanya tinggal 15 menit lagi sebelum penayangannya di mulai.
Sekarang mungkin sudah banyak yang tahu kalau film ini "ternyata" adalah film tentang ayahnya Ahok, Kiem Nan. Maka aku menyimak baik-baik untuk mengerti siapa ayah Ahok ini, yang telah mendidik anak-anaknya sedemikian sehingga 2 diantaranya berhasil menjadi Bupati di Belitung. It's really an achievement, isn't it?
Kesimpulanku, ini film bagus tentang bermimpi. Tentang membayar harga. Tentang cinta. Kiem Nan, agaknya tak percaya bahwa mimpinya agar anaknya menjadi Bupati di Belitung untuk membangun tanah kelahirannya itu, dapat terwujud. Ia pergi sebelum Ahok kembali ke desanya untuk mewujudkan impiannya.
Namun yang membuat air mataku menitik adalah adegan penutup, yaitu ketika Ahok akhirnya di penjara sementara di latar belakang terdengar rekaman suara Veronica yang terisak membacakan surat terbukanya. Harga sebuah mimpi, kadang begitu mahalnya.
Mungkin, pelajarannya adalah, pahami mimpimu itu apa, dan persiapkan diri sebaik-baiknya. Bagaimana pun juga, ada harga yang harus dibayar untuk apapun yang ingin kita raih.
Begitulah...