Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
- Klik gambar di samping untuk membaca artikelku "Volare! Terbang!" di Cantik Selamanya. Di situ, aku cerita tentang lagu Volare yang riang... can help you to get a good mood. Tapi ngobrol, ternyata bisa memberikan rasa happy, loch!
NGOBROL di kantor, bukan sekedar buang waktu saja. Tidak hanya melalui chitchat, dalam berbagai cara, membuka diri dengan lingkungan sangat penting artinya demi mendapatkan kualitas kerja yang baik.
Timothy Judge, profesor psikologi terapan dari Universitas Florida, meyakini bahwa pegawai yang bahagia, punya good mood akan memberikan performa lebih baik. Bila dalam keadaan good mood, seorang pegawai misalnya akan lebih mudah menolong teman atau memberikan pelayan terbaik bagi konsumen.
Prof. Judge kemudian melakukan penelitian tentang bagaimana para pegawai di kampus tempat ia bekerja mengalami naik-turunnya mood di kantor dan sesudah sampai di rumah. Prof. Judge meminta subyek 55 orang pegawai untuk mencatat mood mereka pada pagi, siang, dan sore hari, selama dua minggu. Selain itu, keseluruh anggota subyek penelitian juga diminta untuk melaporkan mood-nya di sore dan malam hari, pada saat sudah tiba di rumah.
Hasilnya ternyata menunjukkan bahwa karakter "introvert" [alias tertutup] dan terbuka atau "extrovert" yang memberikan pembedaan kemampuan masing-masing pegawai untuk mengelola mood-nya. Orang yang punya kepribadian terbuka, akan lebih mudah mengeluarkan emosi negatifnya di rumah, untuk kemudian merasa lebih baik keesokan harinya di kantor.
Sedangkan mereka yang tertutup? Kaum introvert cenderung membiarkan, bahkan terus-menerus membakar emosi negatif bergejolak di dalam dirinya sehingga tentu saja berpotensi menciptakan perangkap bad mood tersendiri.
Suasana hati yang tidak baik akan bisa terbawa ke rumah, hingga membuat kualitas istirahat bertambah buruk. Dan keesokkan harinya, hati fresh tidak betul-betul bisa dibawa ke kantor.
Untuk itu, kita perlu untuk pandai-pandai mengelola waktu di kantor agar bisa sekedar berbincang dengan rekan kerja. All as part to get rid our bad mood, ngobrol bisa jadi strategi supaya jangan memendam perasaan buruk. Jangan kuper, lah.
Susan Seitel, Presiden "Work and Family Connection" Minnesota , pun menyarankan agar setiap pegawai [dan bossnya] dapat menciptakan suasana kerja yang tertib namun fleksibel. Jangan pernah kaku. Dengan demikian setiap pegawai bisa mengelola terciptanya suasana emosi yang kondusif di lingkungan kerja.
Begini kata Ibu Seitel:
"...{we should help to bring} more flexibility, more control over how, where and when work is done, and by being clear about what a day’s work really is.".. |
Employees Bring Bad Moods Home, But They Disappear By Morning (PDF, 10 KB)