Skip to main content

Video Baru di YouTube channel-nya Cantik Selamanya #newvideoalert

Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care! 

Belajar dari Kasus Prita Mulyasari




Hari ini aku terima banyak sekali undangan untuk gabung Cause di facebook mengenai ibu Prita Mulyasari. Cause yang diberi judul “DUKUNGAN BAGI IBU PRITA MULYASARI, PENULIS SURAT KELUHAN MELALUI INTERNET YANG DITAHAN”, sore ini telah memperoleh dukungan lebih dari 50.000 orang.

Karena aku ikutan Cause ini, maka aku mendapat notification tentang teman-teman facebook aku yang kemudian juga bergabung. That's great!

Memang kasus Ibu Prita ini memprihatinkan sekali. Hari gini, gitu, loh... Masih ada orang yang menuntut orang lain atas tuduhan pencemaran nama baik? Norak.

Untung aja politisi kita sudah gak meneruskan budaya peninggalan era kolonial Belanda itu. Aku cukup bangga untuk melihat bagaimana politisi kita secara terbuka "mencela" lawannya dan yang dicela pun menanggapi dengan baik. Maksudnya baik, ya, membela diri, ya meng-counter, ya mentertawakan.. Gak ada yang ngamuk lantas menyeret saingannya yang berbicara tidak enak ke penjara.

Di televisi Rabu sore ini aku sempat melihat anggota Dewan Pers diwawancarai. Beliau menjelaskan bahwa budaya menjebloskan orang yang bicara buruk ke penjara itu sebenernya peninggalan penjajah Belanda yang dimaksud untuk menutup mulut "inlander" alias orang Indonesia yang mau protes.

Selanjutnya kita tahu, bahwa kebiasaan menahan bicara sudah mengakar di antara orang Indonesia sampai puluhan tahun setelah Belanda "out" dari negara ini. Kita jadi bangsa yang terintimidasi karena gak bisa ngomong sampai akhirnya meledak dengan meletusnya gerakan reformasi lebih sepuluh tahun yang lalu.

Amock. Amuk. Ngamuk, meletus setelah tutup mulut.

Memang baru sepuluh tahunan. Waktu yang masih pendek untuk mengubah kepribadian suatu bangsa yang telah mengakar. Sudah beranak cucu. Karena berubah itu bukan perkara yang gampang.

Berubah, Jangan Jadi Pendiam
Menurut ilmu psikologi, perubahan adalah proses yang menyakitkan.

Ketika suatu kebiasaan sudah membudaya, melekat dalam sikap hidup sehari-hari, maka kebiasaan baik atau tidak baik akan menjadi sesuatu yang dimaklumi, dan menempatkan orang-orang yang terlibat di dalamnya ke wilayah aman atau comfort zone. Baik pelakunya, maupun orang di sekitarnya.

Contohnya kehidupan orang-orang di daerah pelacuran. Lha, lihat aja, baik pelacurnya, germonya, maupun tetangga yang kebetulan tinggal di situ semua menyesuaikan diri dengan kondisi di daerah itu. Suatu kebiasaan yang kalau di daerah lain bisa bikin senewen ibu-ibu, bagi orang-orang di sekitar daerah pelacuran itu ya biasa saja. Malah untuk mengubahnya yang susah.

Ada yang berkilah, misalnya, bahwa tamu-tamu yang datang memberi nafkah juga bagi mereka yang bukan pelacur.

Tetapi dengan kesadaran dan kemauan yang baik, tentu saja kita bisa berubah. Melatih diri adalah kuncinya. Lihat saja olahragawan. Bagi yang bukan olahragawan, melihat mereka berlatih tentu mengerikan. Capek banget, kayaknya. Tetapi bagi si olahragawan sendiri itu biasa.

Minggu lalu, dalam tulisanku mengenai blogging, I encouraged everyone to start writing because it’s good for your brain. It makes you forcing your brain to extend your intellectual capability. Bikin pinter.

Aku memang gak menyangka bahwa sementara itu ada orang yang nekat menjebloskan sesama saudara sebangsa dan setanah air ke penjara hanya karena malu dengan isi keluhan orang lain terhadap institusinya. Mungkin mereka pikir dengan cara begitu bisa menyelamatkan nama baik rumah sakitnya yang mereka pikir ternodai oleh pengakuan Prita, bekas pasien mereka.

...Sebisa Mungkin, Dengarkan Saudaramu Bicara!
Agaknya para dokter di RS Omni itu perlu belajar komunikasi. Gara-gara tindakan mereka, kasusnya malah jadi terangkat ke permukaan, sehingga lebih banyak orang yang mendengar, dan nama baik yang mereka bela-belain itu malah jadi tambah rusak.

Hikmahnya? Terus bicara, terus menulis, terus melatih diri untuk mengeluarkan pendapat. Kalau sampai ada masalah, jangan khawatir, you are not alone. Lebih dari lima puluh ribu orang sudah mendukung Prita.

Kita semua bisa terus belajar untuk terbuka. Belajar untuk mendengar, berbicara dan mengungkapkan ide-ide kita. As we continue practicing, we help our nation to change. Paling gak, generasi di depan kita akan lebih cerdas, karena terbiasa bertukar pikiran sambil tetap menghormati orang lain.

Kita bangun budaya yang baik untuk masa depan yang lebih baik.




Yuk, gabung?

Popular posts from this blog

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris

Mulai hari ini, setiap hari Rabu, di Cantik Selamanya ada cerita bersambung karangan Renthyna. Yes , it ' s a fiction . Semua serinya akan masuk di tag " fiction ". Hope you'll enjoy it ! :) Sinopsis: Nita, seorang karyawan yang bermimpi punya harapan yang indah di masa depan. Semangat empat limanya dipakai untuk menggempur semua tugas-tugas yang diberikan atasan karena berprinsip teguh untuk selalu memberikan hasil terbaik untuk sang pimpinan. Menurut ukurannya, apa yang diinginkannya tidaklah muluk-muluk, bahkan dia juga ikhlas dengan jumlah Rupiah yang diterima dari hasil jerih payahnya di kantor. Nita punya mimpi dan berharap setiap hari. Dalam pengejaran akan mimpi-mimpinya, dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa mimpinya tidak dapat diraih semudah ia membalikkan telapak tangannya. Nita Si Sekretaris Matanya memang menatap tajam ke arah gambar-gambar komik yang ditaruh di atas meja sambil kedua tangannya memegangi lembar kiri-kanan komik tersebut. Kepalanya se

Selimut Hati (by Dewa 19)

Suka Dewa 19 ? Aku suka lagu-lagunya. No offence but aku gak suka kasarnya Ahmad Dani . Siapa, sih , yang suka..? He he he.. Tapi, aku suka lagu-lagunya. Well, don ' t judge the book by its cover , right ? Aku juga suka suaranya Once . Nice voice . Salah satu lagu yang aku suka adalah Selimut Hati . " Aku.. kan menjadi malam-malammu.. kan menjadi mimpi-mimpimu.." Very nice . Lagunya bikin ngelamun . Lembut dan meyakinkan. Meyakinkan, bahwa yang menyanyikan lagu ini bener-bener ngerti perasaan kekasih hatinya. So sweet ... Dia bener-bener pengen menyenangkan hati kekasihnya, waktu bilang , " Aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta .." Tapi dia juga minta pengertian bahwa dia gak bisa seperti kekasih lama yang mungkin masih terkenang-kenang... Ah ... so dearly ... Wouldn't it be nice kalau ada orang yang berlaku begitu untuk kita? Dengan lembut mengungkapkan rasa sayangnya tanpa terdengar menjadi murahan... Tanpa menjadi gombal .. kain bekas buat lap l

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris (2)

Cerita sebelumnya : Nita, seorang sekretaris, hidup dengan optimis namun tidak neko-neko. Namun, keoptimisannya kerap diuji, apalagi dia "hanya" seorang... Nita Si Sekretaris Nita tidak bisa mengerti, kenapa semua pekerjaan Vero tersebut harus dikerjakannya. Ditambah lagi Vero malah marah-marah tidak karuan gara-gara Nita tidak menambah sepuluh persen pada kolom perkiraan tadi. “Sumpah, gue ga' tahu itu harus dikalikan berapa.” Cerita Nita pada Ellen. “Tapi elu tuh harusnya banyak bertanya dong, Nit. Lu harus lebih berinisiatif bertanya ke Vero kalau ada urusan kerjaan sama dia.” Ucap Ellen menguliahi. Saat itu Nita tidak berharap Ellen malah menasehatinya karena Ellen 'kan juga sama seperti dia yang adalah seorang sekretaris juga. Dia justru ingin seorang kolega bisa memberi kata-kata hiburan ataupun pemberi semangat pada saat-saat tidak menyenangkan seperti ini. Dan, walaupun bosnya adalah Pak Walker yang sudah tua tapi ramah, namun dalam logika Nita, Ellen sepantas