
Klik cover image di atas untuk melihat artikelku: ""Saying I love you"... Susah Buat Orang Timur? [YIKES!]" | Lihat artikelku, ""Saying I love you"... Susah Buat Orang Timur? [YIKES!]". Di situ, aku menghimbau supaya kita harus lebih mau mengekspresikan rasa romansa pada pasangan. Katakan, "Orang Indonesia suka ekspresi rasa mesra!" |
JUJUR saja, pengakuan adanya perasaan jengah dalam mengekspresikan rasa cinta kepada pasangan itu mengherankan. Tapi tahu, gak kita, kalau rasa jengah melihat pasangan yang sedang jatuh cinta itu bukan pertanda baik?
Ahli Mengamati, Tanda Sedang Tak Punya Cinta
ADALAH Prof. Frank J. Bernieri dari Universitas Oregon bersama Maya Aloni dari Universitas New York yang tertarik untuk mengamati kemampuan kita mengamati sepasang kekasih. Pengamat "amatir", diamati ahli psikolog.
Mereka menggunakan rekaman 25 pasangan yang sedang jatuh cinta. Masing-masing usia hubungan mereka paling tidak sudah mencapai tiga minggu; sebagian besar sudah mencapai beberapa bulan. Tentu saja para periset ini juga sudah mengetahui kondisi kehangatan hubungan pasangan-pasangan tersebut.
Semua adegan yang ditampilkan semuanya biasa saja, bukan seperti sedang pacaran atau bermesra-mesraan. Lalu, Prof. Bernieri meminta beberapa sukarelawan tadi untuk menilai kondisi kehangatan hubungan tiap-tiap pasangan yang diperlihatkan.
Hasilnya luar biasa. Para sukarelawan yang sedang jatuh cinta hanya mampu menebak dengan benar tingkat kehangatan pasangan yang ditayangkan sebanyak 30-40%. Bukan hasil yang baik.Sedangkan yang tidak sedang jatuh cinta? Orang-orang yang sedang kekeringan cinta ini jauh lebih mumpuni untuk mengurutkan tingkat situasi kemesraan pasangan di dalam video. Tingkat ketepatan tebakan mereka selalu berada pada kisaran 60-70%. Artinya, grup yang tidak sedang jatuh cinta jauh lebih mampu mengurutkan 5 pasangan terhangat dan 5 pasangan terdingin, yang semuanya dipilih dari 25 pasangan[!].
Bernieri menjelaskan bahwa mereka yang sedang jatuh cinta cenderung untuk memfokuskan perasaannya hanya pada kekasihnya sendiri. Ini membuat orang yang sedang jatuh cinta sebetulnya jadi tidak dapat mengira-ngira bagaimana ekspresi perasaan pasangan lain.
Berdasarkan pengalaman seumur hidup, orang yang sedang jatuh cinta tentu tahu ciri umum gerak-gerik sepasang kekasih. Namun, karena perasaannya sendiri sedang bergelora, daya pengamatan mereka jauh melemah dibandingkan orang yang tidak sedang jatuh cinta. Lucunya, kata Prof. Bernieri orang yang sedang jatuh cinta cenderung merasa paling jago untuk menilai situasi pasangan lain ;).
Jadi perlu waspada: kalau kita terbukti bisa menebak dengan baik situasi kehangatan pasangan lain itu bisa jadi tanda sedang kurang rasa romansa. Namun kalau ada teman yang suka sok jago menilai kondisi kehangatan sepasang kekasih, silahkan curiga. Jangan-jangan, dia sendiri sedang jatuh cinta... :D
Nah, mereka yang rajin komplain karena memang bisa melihat secara detil manisnya gerak-gerik mesra pasangan yang sedang jatuh cinta, sekarang bisa kita tebak bahwa sebetulnya orang tersebut sebetulnya sedang tidak jatuh cinta. Ahli mengamati kemesraan orang lain, seperti kata Prof. Bernieri, adalah mereka yang sedang kering cinta. Kasihan deh :).
Buat para pasangan sekarang jelas 'kan, pesanku di artikel "Saying I love you"... Susah Buat Orang Timur? [YIKES!]" Tiada hal normal bagi orang yang sudah menikah untuk alergi waktu melihat ekspresi mesra. Apalagi merasa jengah untuk bermesraan dengan pasangan sendiri, bukan?
Begini kata Prof. Frank J. Bernieri:
“...they [the lovers] were so blind in their love they turned out to be wrong more often than right...”. |