Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
"Tuhan pasti tak ingin kita 'mengalah' pada gempa. Mari bersatu, dan cintailah ilmu pengetahuan untuk menghadapinya!"
Baru saja kaget dengan bencana topan di negara tetangga, Philippina, aku mendengar bahwa saudara-saudara kita di Kota Padang digoncang gempa. Beberapa jam kemudian, muncul pula berita bahwa anak sebangsa kita di Jambi juga mengalami guncangan gempa.
Tambah lagi mendengar bahwa Badan Meterologi, Geofisika, dan Klimatologi mengatakan gempa berkekuatan 7.0 SR tersebut ternyata bukan gempa susulan di Pariaman. Padahal dua kejadian itu berbeda jarak tak sampai 24 jam, namun kekuatannya sama-sama dahsyat.
Sungguh tak heran bila semua saudara-saudari sebangsa merasa bahwa giliran mengalami gempa sebetulnya hanya tinggal masalah waktu saja. Bukankah Jakarta juga tak lama ini diserang gempa?
Di hidup ini, memang wajar bila ternyata kita punya paling tidak satu hal untuk ditakuti. Namun ketakutan bisa dikurangi bila kita saling mengisi kekuatan.
Gempa dan Orang Jepang
Daniel Sosnoski memberikan kesaksiannya tentang bagaimana orang Jepang melawan rasa takut terhadap gempa dalam "Introduction to Japanese culture" yang bisa dibaca di Google Books. Ia menggambarkan bahwa di sana bahkan sejak hampir seribu tahun lalu, pujangga Jepang Kamo no Chomei sudah menuliskan bahwa "Dari semua ketakutan, yang paling ditakuti adalah gempa."
Kita tentu sudah lama mendengar kalau bagi orang Jepang gempa adalah pengalaman sehari-hari. Namun ternyata, justru gempa yang mereka alami jadi salah satu motivasi untuk menguasai teknologi.
Menurut Sosnoski, orang Jepang modern lebih merasa aman terhadap serangan gempa kalau mereka sedang berada di gedung tinggi. Sebab, mereka merasa bahwa struktur gedung bertingkat banyak sudah menggunakan teknologi dan perhitungan mutakhir, dibanding bangunan yang sedikit jumlah lantainya.
Kita Akan Seperti Jepang?
Sedikit banyak karena gempa kita rasanya sudah lebih berapresiasi lebih banyak terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita jadi ingin mendengar apa pendapat para ahli Badan Meteorologi dan Geofisika kalau mendengar gempa baru mengguncang wilayah negara.Masih seperti yang digambarkan oleh Sosnoki, pemerintah Jepang mengerahkan dana tak sedikit untuk membimbing warganya agar bisa menghadapi bencana dengan kepala dingin. Bukankah sikap pemerintah yang ingin melindungi rakyat seperti ini juga sudah muncul pada perundangan kita [lihat artikel "Negara dan Kita dalam Menanggulangi Bencana [Legal]" di Cantik Selamanya]?
Kalau aku melihatnya, dengan gempa ini kita jadi lebih menghargai peran para ahli ilmu pengetahuan alam. Kita perlu mendengar pendapatnya supaya bisa lebih mampu memperkirakan apa yang harus dilakukan selanjutnya. Contohnya adalah warga Malang yang mau berantisipasi menghadapi gempa atas nasihat para ahli BMG [lihat beritanya di Kompas, 1 Oktober 2009.
Lalu, seperti Jepang, sikap pemerintah kita pun jadi lebih terasah untuk tambah dekat dengan suasana hati masyarakatnya. Karena jelas, pada saat gempa terjadi, masyarakat internasional apalagi lokal akan terlebih dahulu mencari pandangan dari para pemimpinnya.
Gempa, Mentransformasikan Indonesia
Mitsuo Saitō pernah menulis tentang ekonomi Jepang, dan di sana ia menggambarkan bahwa negaranya tiada memiliki kekayaan alam luar biasa seperti Indonesia - seperti bumi dan langit!. Namun pastinya juga berkat gemblengan alam yang sering digetar gempa turut membuat pemerintah merasa harus terus membantu masyarakat, ditambah kecintaan masyarakat terhadap ilmu pengetahuan, sekarang mereka bisa berkembang menjadi apapun yang mereka impikan.Sahabat, teman, saudaraku sebangsa-setanah air, jangan mau kalah dengan gempa. Bukan karena nekad, namun karena justru kita bisa menjadi seperti Jepang yang punya rasa persatuan ketat. Bagi Jepang, terlalu beresiko bila menghadapi bencana gempa sendiri-sendiri.
Lagipula perlu kita ingat, tanpa ingin bersatu, segala jerih payah seorang persorangan hanya akan lebih kecil manfaatnya. Persatuan harus kita lihat sebagai strategi paling baik untuk bisa mengalahkan rasa ketakutan menahun, mampu menjadi bijaksana saat harus menghadapi ancaman bencana alam.
Dan dari persatuan yang seperti ini, pasti kita bisa membantu saudara-saudara kita yang masih terjerembab dalam kubangan bencana kemiskinan harta atau kekurangan lainnya. Apalah guna kita hidup tapi tak bisa memberikan manfaat bagi orang lain?
Bagaimana. Bukankah sekarang kita bisa bersyukur akan harapan di dalam segenap bangsa yang bisa muncul justru dari bencana?
Perlu dibaca juga di Cantik Selamanya:
- Kepemimpinan, Sofia & Estonia - Ketika Bencana Meland
- Negara dan Kita dalam Menanggulangi Bencana [Legal]
- Yang Harus Dilakukan Bila Terjadi Gempa
- Hidup yang Berkualitas
- Menjaga Safety, Membantu Motivasi Baik (Iptek)
- Let us unite now, and love science even more. Gabung di halaman facebook "Cantik Selamanya", yiuuuk yaaaak yiuuuuuuk? ;)