Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care!
KUTIPAN MINGGU LALU: Tidak tahu apa yang dikatakan Yanti pada Pak Walker. Suara mereka memang tidak jelas tertangkap dari meja Nita. Tapi, tangan Yanti tampak sebentar-sebentar digerak-gerakkan kesana kemari sementara Pak Walker terlihat serius memperhatikan ucapan-ucapan Yanti. “Was it?” Tanya Pak Walker kemudian dengan dahi dikerutkan. Pak Walker kemudian terlihat menelpon seseorang sebentar dan kemudian melanjutkan mendengar ucapan-ucapan Yanti. Beberapa menit kemudian muncul Andy Smith memasuki ruang kerja Pak Walker. Wajah Andy terlihat seperti orang yang sedang terheran-heran. Ia berbicara pada Pak Walker dan Yanti dengan ekspresi wajah seperti sedang diinterogasi. | Baru bergabung? Jangan mulai dari episode ini, baca dulu bagian: |
Sambil tetap berdiri di samping meja kerja disudut yang di dekat jendela, satu tangan Andy Smith terlihat juga digerak-gerakkan dan satunya lagi sedang memegangi dokumen.
Saat itu sekilas atau mungkin hanya perasaan Nita saja, ia merasa Andy mengucapkan kata ‘Nita’ di antara ucapan-ucapannya yang tidak terdengar jelas dari meja Nita.
Duh... kalau sudah begini, Nita rasanya tidak nyaman juga tetap duduk di situ terus. Iapun beranjak dari tempat kerjanya untuk mem-photocopy beberapa dokumen yang ada di tangannya.
Sesaat ketika ia melewati pintu ruang kerja Pak Walker terbuka, rasanya, dari sudut mata Nita dapat melihat Pak Walker dan Andy Smith sedang memandanginya melintasi ruang kerja itu.
Oke Nita. Jangan pikirin yang negatif… Nita menguatkan hatinya.
******
Dari area reception, Nita mendahului orang yang baru saja menyebut namanya Sarah. Wuiiihhh… tak dikira, ternyata ia seorang yang cantik jelita. Mungkin karena itu Andy Smith menyebut trio Charlie’s Angels untuk Bu Marsya, Vero, dan juga Sarah.
Sarah yang sedang berjalan dibelakang Nita menuju ruang rapat yang ada di pojok itu, walaupun berpostur tubuh lumayan tinggi, namun ia nampak lebih pantas terlihat sebagai seorang model. Dari cara ia berjalanpun orang bisa salah kaprah kalau ia itu adalah pegawai disini. Lagi pula, sapuan make-up-nya juga sangat bagus – tidak terlalu tebal tapi juga tidak terlalu tipis. Ditambah lagi dengan setelan semi jas warna abu-abu kehijau-hijauan lengkap dengan tas, sepatu, dan anting-anting berwarna senada dipadu dengan riasan rambutnya yang justru hanya diikat saja.
Ckckckck… orang ini pastinya akan jadi princess disini.
Malah, ketika Nita berjalan bersama Sarah melintasi ruang kerja Pak Walker yang di dalamnya masih ada Yanti dan Andy, terlihat sekilas, Pak Walker dan Andy tidak membuang-buang kesempatan memperhatikan sang princess berjalan melintasi koridor di situ.
Setelah itu, Nita memberitahu seorang pramubakti perempuan untuk menyediakan minuman untuk Sarah.
Bu Marsya yang berpenampilan bak seorang queen segera beranjak mendatangi ruang rapat itu seolah-olah sedang mendatangi seorang princess.
Mereka terlihat berbicara selama beberapa menit, lalu kemudian Bu Marsya keluar dari ruang rapat itu meninggalkan Sarah sendirian.
Beliau kemudian menghampiri meja Nita.
“Bilang sama Walker biar ketemu Sarah di situ.” Katanya dengan suara tertahan.
Nita mengangguk-ngangguk saja lalu berjalan dan memberitahukan Ellen.
“Oh, itu tadi yang namanya Sarah ya?” Tanya Ellen tapi tanpa menunggu jawaban dari Nita, ia segera berjalan menuju ruang kerja Pak Walker.
Pak Walker segera beranjak menuju ruang rapat itu dan merekapun berbicara beberapa saat lamanya.
Sekitar lima belas menit sesudahnya, Pak Walker keluar dari dalam ruang rapat, dan melewati meja Nita.
“Get her into her office. Tell it to Marsya.” Katanya. Nita mengangguk-angguk.
Baru kemudian ia jadi mengerti bahwa ruang kerja kosong yang ada di sebelah ruang kerja Bu Marsya itu rupanya untuk si Sarah.
“Mbak Tini, saya mau tanya tentang Sarah.” Kata Nita per telpon ke Mbak Tini dari Divisi Sumber Daya Manusia.
“Oh, yang itu ya?...” Kata Mbak Tini yang logatnya terdengar sangat kental. “Harusnya kan dia sudah masuk minggu kemarin buat tanda tangan kontrak. Apa sudah datang atau belum dia itu?” Lanjutnya lagi, masih dengan logat kental yang sudah menjadi ciri khasnya Mbak Tini.
“Aku heran loh, dia itu siapa yang bawa sih, Nit? Wong aku sudah beberapa kali tanya kapan bisa mulai di sini, tapi dia itu ga pernah jelas ngomongnya. Tau-tau aku dikasih tau dia bakal datang jam dua ini. Jadinya, barusan aku berani bikin tanggal kontraknya. Untungnya Pak Walker ada di kantor jadi aku bisa cepet-cepet minta tanda tangan bapak itu.” Lanjut Mbak Tini panjang lebar membiarkan Nita yang malah terdiam mendengar jawaban dari Mbak Tini itu.
“Oh, tadi itu Mbak ada masuk ke ruang kerja Pak Walker untuk minta tanda tangan itu ya?” Tanya Nita kemudian.
“Ya deh, Mbak Tini. Berarti nanti Mbak ketemu sama Sarah kan buat tanda tangan? Sekalian formulir kepegawaiannya ya, Mbak?... Makasih.” Lanjut Nita lagi sambil mengingatkan, kemudian menutup telponnya.
Apa tadi mereka itu ribut-ribut karena Sarah ya? Terlintas dalam pikiran Nita.
Terus tadi kenapa Yanti sepertinya ikut-ikut ribut di tempatnya Pak Walker ya?
Bersambung
Baca juga: "Pembacaan Cerber "Nita si Sekretaris" di Radio Cempaka Asri FM!" |
