Skip to main content

Video Baru di YouTube channel-nya Cantik Selamanya #newvideoalert

Sudah lama gak nulis blog, hari ini aku baru saja upload video lanjutan dari video nasihat buat yang mau menikah. Supaya pernikahannya langgeng dan bahagia. Mau, 'kan ? Banyak orang yang menikah tetapi tidak mesra hubungannya dengan pasangan. Masing-masing sibuk dengan kehidupannya sendiri-sendiri. Padahal, menikah itu menyatukan dua orang dalam satu hubungan yang erat, ada ketergantungan satu sama lain. Dua jadi satu. I need you, like you need me. Gitu. Kalau orang menikah 'kan inginnya bahagia, awet selamanya, hingga maut memisahkan. Kalau menikah tetapi dingin satu sama lain. Tidak ada kangen lagi. Kepinginnya ketemu teman-teman yang asik itu. Siapa yang mau tinggal dalam pernikahan seperti itu? Nah, kalau video yang sebelumnya bisa dilihat dengan klik di sini , video lanjutannya bisa dilihat dibawah ini.. Sok, atuh, di tonton.. Jangan lupa SUBSCRIBE , ya... lalu share, mungkin ada yang perlu nasihat supaya mantap langkahnya untuk menikah. Take care! 

Cerber Nita Si Sekretaris (20)

KUTIPAN MINGGU LALU:

“Terima kasih semuanya. But sorry, time is up. Hope that we will be a great team.” Katanya lagi dengan wajah gembira membalas keramahan semua orang yang sedang menemuinya itu.

Mendengar suara Sarah mengucapkan kalimat seperti itu, hhmmm… aneh… Nita kok jadi merasa tidak nyaman, ya…? Ia jadi semakin bertekad untuk membicarakan masalah keanggotaan Nita dalam timnya Sarah itu dengan pihak yang berkompeten. Kalau tidak dengan Bu Marsya sendiri, ya, tentunya Pak Hardi di haerde.

Ketika Nita kembali lagi ke mejanya, pesawat telponnya sudah menyala.

Nita mencoba menghubuni Anna, sekretarisnya Pak Hardi itu. Tapi sekarang, kok malah tidak dijawab-jawab oleh Anna. Duh… capek deh…

Baru bergabung? Jangan mulai dari episode ini, baca dulu bagian:




*****




Nita Si Sekretaris, Dian Manginta, Cantik Selamanya


“Nit, gimana? Ada dokumen masuk ga untuk saya?” Tanya Edward per telpon.

Sesaat Nita diam hanya saja.

“Helooo Nit.” Kata Edward lagi.

“Pak, kayaknya bapak salah alamat lagi deh.” Sahut Nita dengan cepat.

“Emang kenapa sih, Pak.” Sambungnya. Sekarang Nita mulai meniru-niru gaya Ellen menggali informasi atas sesuatu yang tidak beres.

“Hmmm… Ga ada apa-apa sih.” Jawab Edward dengan nada suara yang tidak meyakinkan.

“Eh, kamu makan siang, di mana?” Tanya Edward tiba-tiba melompat dari topik pembicaraan semula.

Nita Si Sekretaris“Mau traktir, ya, Pak? Mau dong..”

“Boleh-boleh. Nanti jam dua belas kita ketemu aja di lobi ya?” Kata Edward lalu kemudian menutup telponnya.

Lho… kok ternyata si Edward itu menelpon hanya untuk mengatakan itu saja?

Nita malah jadi merasa heran dan tambah merasa pasti ada sesuatu yang hendak disampaikan Edward padanya… Apa, ya?

Bu Marsya tiba-tiba muncul dari koridor samping dan berjalan memasuki ruang kerjanya.

Nita segera beranjak dari kursinya dan memperhatikan apakah si bos sedang dalam suasana hati yang enak diajak bicara atau tidak. Nita yakin akan hal itu, karena setidak-tidaknya hal itu dapat ditebak dari ekspresi wajah Bu Marsya.

“Bu.” Kata Nita yang sudah berdiri di depan meja Bu Marsya.

“Ya?” Bu Marsya mendongakkan kepalanya dengan tatapan mata yang tidak enak dilihat.

Uhhhh… kelihatannya dia lagi bete.

“Kamu tidak mengetok pintu dulu, Nita. Biasa seperti itu, ya?” Ucap Bu Marsya dengan sinis. Aduh… gimana ya, ini? Nita sudah terlanjur melangkah masuk karena tadi ia melihat wajah Bu Marsya kelihatan tenang-tenang saja.

“Maaf, Bu.” Nita tidak dapat menyembunyikan wajahnya yang pucat. Namun ia cukup berani juga menatap Bu Marsya.

“Saya cuma mau konfirmasi saja.” Katanya sepotong-sepotong.

Bu Marsya mulai menyandarkan punggungnya ke kursi, melipat tangannya dan memperhatikan Nita bicara apa. Masih dengan ekspresi wajah yang tidak enak dilihat.

“Maaf kemarin saya tidak sempat bilang ke Ibu, bahwa saya adalah bagian dari timnya Bu Sarah.” Kata Nita dengan lancar.

Bu Marsya masing memandangi Nita. Sekilas terlihat beliau mengangkat bahunya. Tapi kemudian beliau berkata, ’Ya?’

Nita tidak mengerti maksud kata ‘ya’ dari si bos.

“Ya, itu, Bu.” Kata Nita tetap menantikan konfirmasi dari atasannya itu.

“Tidak apa-apa. Nanti dibahas lagi masalah struktur jabatan dan tanggung jawabnya dengan kamu dari haerde.” Kata sang bos dengan tatapan tegas pada Nita.

“Begitu, ya, Bu? Terima kasih.” Kata Nita sambil berlalu meninggalkan ruang kerja Bu Marsya.

Hmmm… kenapa tadi si ibu bilang soal struktur-strukturan ya? Apa memang akan ada restrukturisasi?

Ketika Nita sedang berjalan keluar pintu itu, Nita melihat Vero sedang berjalan menuju ruang kerja Bu Marsya.

Nita memang tidak mengingat-ingat kapan jadwal Vero kembali dari trainingnya yang di Australia itu.

“Eh, mak lu ada?” Katanya, masih dengan suara keras terdengar oleh banyak orang, sambil berjalan dengan dagu sedikit terangkat dan menjinjing sesuatu di dalam tas yang sepertinya keluaran sebuah toko terkenal entah di mana.

Nita hanya menjawab dengan anggukan kepala saja dan berjalan menuju mejanya.

“Hai, mama Marsya!” Seru Vero dengan nada suara seperti orang yang sedang tidak dapat menahan diri melepas rindu dengan bos Nita itu…

“Hai, apa kabar?!” Itu suara Bu Marsya, wajahnya tampak gembira dan beranjak dengan cepat dari kursinya untuk menghampiri Vero lalu merangkulnya dan merekapun kemudian saling cium pipi kiri dan kanan.

Melihat pemandangan yang kontras dengan yang baru saja Nita alami di ruang kerja itu, uuuhhh… ia merasa hatinya tertusuk juga.

Apalagi kemudian Vero terlihat mengeluarkan sesuatu yang terbungkus dengan menarik dari dalam tas yang tadi dijinjingnya itu. Vero yang biasanya bicara dengan keras pada Nita, saat ini malah hampir-hampir tidak terdengar lagi volume suaranya.

Tidak lama sesudah itu, Bu Marsya malah berjalan dari tempatnya dan menutup pintu. Tapi dari balik kisi-kisi jendela terlihat ekspresi wajah mereka yang tadinya terlihat gembira, sekarang berubah jadi serius. Sepertinya mereka sekarang sedang membicarakan sesuatu yang sangat penting.

“Nit, kamu nggak nyamperin Vero tadi ya?” Tiba-tiba Darman yang pendiam itu mengeluarkan suaranya.

“Dia 'kan bawa banyak makanan tuh tadi. Kayaknya dia bawa dari Australi deh. Anak-anak masih pada ngerumunin.” Sambungnya lagi.

“Ellen tuh juga bawa cemilan juga dari tempatnya Vero.” Masih kata Darman.

Asti yang duduk di partisi agak jauh dari Nita hanya melirik saja ke arah Darman. Kalau melihat tingkah laku seperti itu, sepertinya Asti memang tidak ingin memberitahukan hal ini ke Nita.

Nita memang tidak mengerti dengan jalan pikiran Asti yang terlihat dari tingkah lakunya yang tidak simpatik padanya. Tapi Nita merasa tidak terlalu penting untuk mencoba memahaminya. Toh, seharusnya Asti bersikap professional karena semua orang yang ada di sini adalah sama-sama karyawan juga.








Baca juga: "Pembacaan Cerber "Nita si Sekretaris" di Radio Cempaka Asri FM!"




Good Quality and Original Article - Dian Manginta - Cantik Selamanya


Popular posts from this blog

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris

Mulai hari ini, setiap hari Rabu, di Cantik Selamanya ada cerita bersambung karangan Renthyna. Yes , it ' s a fiction . Semua serinya akan masuk di tag " fiction ". Hope you'll enjoy it ! :) Sinopsis: Nita, seorang karyawan yang bermimpi punya harapan yang indah di masa depan. Semangat empat limanya dipakai untuk menggempur semua tugas-tugas yang diberikan atasan karena berprinsip teguh untuk selalu memberikan hasil terbaik untuk sang pimpinan. Menurut ukurannya, apa yang diinginkannya tidaklah muluk-muluk, bahkan dia juga ikhlas dengan jumlah Rupiah yang diterima dari hasil jerih payahnya di kantor. Nita punya mimpi dan berharap setiap hari. Dalam pengejaran akan mimpi-mimpinya, dia juga harus menghadapi kenyataan bahwa mimpinya tidak dapat diraih semudah ia membalikkan telapak tangannya. Nita Si Sekretaris Matanya memang menatap tajam ke arah gambar-gambar komik yang ditaruh di atas meja sambil kedua tangannya memegangi lembar kiri-kanan komik tersebut. Kepalanya se...

Cerita Bersambung - Nita Si Sekretaris (2)

Cerita sebelumnya : Nita, seorang sekretaris, hidup dengan optimis namun tidak neko-neko. Namun, keoptimisannya kerap diuji, apalagi dia "hanya" seorang... Nita Si Sekretaris Nita tidak bisa mengerti, kenapa semua pekerjaan Vero tersebut harus dikerjakannya. Ditambah lagi Vero malah marah-marah tidak karuan gara-gara Nita tidak menambah sepuluh persen pada kolom perkiraan tadi. “Sumpah, gue ga' tahu itu harus dikalikan berapa.” Cerita Nita pada Ellen. “Tapi elu tuh harusnya banyak bertanya dong, Nit. Lu harus lebih berinisiatif bertanya ke Vero kalau ada urusan kerjaan sama dia.” Ucap Ellen menguliahi. Saat itu Nita tidak berharap Ellen malah menasehatinya karena Ellen 'kan juga sama seperti dia yang adalah seorang sekretaris juga. Dia justru ingin seorang kolega bisa memberi kata-kata hiburan ataupun pemberi semangat pada saat-saat tidak menyenangkan seperti ini. Dan, walaupun bosnya adalah Pak Walker yang sudah tua tapi ramah, namun dalam logika Nita, Ellen sepantas...

Selimut Hati (by Dewa 19)

Suka Dewa 19 ? Aku suka lagu-lagunya. No offence but aku gak suka kasarnya Ahmad Dani . Siapa, sih , yang suka..? He he he.. Tapi, aku suka lagu-lagunya. Well, don ' t judge the book by its cover , right ? Aku juga suka suaranya Once . Nice voice . Salah satu lagu yang aku suka adalah Selimut Hati . " Aku.. kan menjadi malam-malammu.. kan menjadi mimpi-mimpimu.." Very nice . Lagunya bikin ngelamun . Lembut dan meyakinkan. Meyakinkan, bahwa yang menyanyikan lagu ini bener-bener ngerti perasaan kekasih hatinya. So sweet ... Dia bener-bener pengen menyenangkan hati kekasihnya, waktu bilang , " Aku bisa untuk menjadi apa yang kau minta .." Tapi dia juga minta pengertian bahwa dia gak bisa seperti kekasih lama yang mungkin masih terkenang-kenang... Ah ... so dearly ... Wouldn't it be nice kalau ada orang yang berlaku begitu untuk kita? Dengan lembut mengungkapkan rasa sayangnya tanpa terdengar menjadi murahan... Tanpa menjadi gombal .. kain bekas buat lap l...